|
Dragonfly Larva |
Capung atau papatong (Sunda), kinjeng atau coblang (Jawa) pada fase
larva merupakan predator benih ikan yang sangat ganas.
Sumatera Utara disebut anakni siri-siri. Sementara di Jawa Barat
populer disebut kini-kini. Nama umumnya adalah dragonfly larvae.
Capung ini termasuk kelas Insekta dari ordo Odonata dan subordo
Epiprocta. Ada banyak suku dari capung ini, yaitu Austropetaliidae
Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae;
dan Neopetaliidae. Secara umum masyarakat kita mengelompokkannya ke
dalam dua kelompok besar yaitu capung (sibar-sibar) dan capung jarum.
Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Sub ordo: Epiprocta
Famili: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (capung); Zygoptera (capung jarum)
Capung dan capung jarum dapat dibedakan dengan mudah. Capung umumnya
bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang
ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada
beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen (badan) yang kurus
ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak
menyatu di atas punggungnya. Kedua jenis serangga ini hidup dekat air,
tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.
Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan, kebun, sawah, sungai
dan danau, hingga ke pekarangan rumah. Ditemukan mulai dari tepi pantai
hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl (dari permukaan laut).
Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang
biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada
di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang
menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di
air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan
akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya
seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.
Telurnya tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di
tangan. Dalam waktu 2 hari biasanya telur sudah menetas. Setelah
menetas, larva meninggalkan cangkang berlendirnya yang berada di
permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.
Untuk menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung
meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak
tercemar racun yang mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya
insting untuk meletakkan telurnya di lokasi yang banyak tersedia
makanan. Sehingga tidak heran bila telur-telur capung banyak ditemukan
di areal persawahan yang banyak serangga airnya dan juga perkolaman
yang banyak benih ikannya.
Setelah menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang
disebut kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami
metamorfosis, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung adalah di dalam air.
Menjelang metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai
memanjat tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari
permukaan air. Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di
sekitar pangkal sayap atau tengkuknya.
Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya badan dan
bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk
kaki dan sayapnya.
Ciri-ciri morfologis
kini-kini pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Badannya beruas-ruas dan memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
2. Memiliki satu pasang mata dan satu pasang antena di kepala.
3. Warna badan kecokelatan dan hitam.
4. Memiliki dua pasang sayap yang tumbuh Setelah ukuran tubuh mencapai 1,5 cm.
5. Memiliki rahang seperti gayung atau sabit bergerigi yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong mangsa.
6. Bentuk perut oval dan jika dilihat dari bawah permukaan perut
terlihat lebih rata, jika dilihat dari atas tampak lebih tajam dan
berbentuk segitiga.
7. Perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh kira-kira 2 : 1 atau 3 : 1.
Sifat biologis
Sifat biologis kini-kini yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan sebagai berikut :
1. Kini-kini menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur,
menetas menjadi larva (kini-kini) hingga mencapai panjang 2 cm. Setelah
itu bermetamorfosa menjadi nimfa dan selanjutnya akan melepaskan diri
dari kulit (karapas) menjadi anak capung. Setelah periode ini masa
hidupnya pun beralih ke darat.
2. Kini-kini bernafas di dalam air menggunakan insang internal.
3. Kini-kini dan nimfa mampu hidup di luar air apabila ditaruh di darat berjam-jam lamanya.
4. Memiliki kemampuan berenang yang tergolong cepat yang digerakkan oleh alat renang yang berada di bagian ujung ekornya.
5. Suka bersembunyi pada akar atau tanaman air serta lumpur berlumut di dasar bak atau kolam.
6. Dapat juga menempel dengan cengkeraman kakinya pada dinding kolam
atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekatinya.
7. Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan tangannya.
8. Memiliki sifat membunuh sesamanya (kanibal).
9. Suka berjingkrak-jingkrak dengan mengangkat bagian perutnya.
Jenis Kini-kini
Secara umum dari pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa jenis
capung yang kini-kininya menjadi ancaman serius bagi benih ikan.
- Jenis 1. Jenis ini tergolong paling banyak ditemukan. Berasal dari
induk-induk capung yang beraneka warna seperti kuning, merah, cokelat
dan biru. Larva capung ini memiliki mata dengan posisi tepat di
kiri-kanan bagian atas kepalanya. Bentuk kepalanya mirip segitiga
meruncing ke bawah jika dilihat dari depan. Warna dominan tubuhnya agak
kuning-kecokelatan. Pembeda lainnya adalah rahang yang dapat berfungsi
sebagai tangan untuk menangkap dan memotong mangsa. Bentuknya mirip
gayung air.
-Jenis 2. Jenis kedua ini tergolong sering ditemukan saat pengeringan
dan panen benih ikan dalam kolam. Namun jenis yang ditemui tidak
sebanyak jumlah jenis pertama. Berasal dari induk yang memiliki mata
dengan posisi di bagian depan kiri-kanan kepala dan bentuknya
menyerupai tanduk yang baru menyembul. Posisi matanya berbeda sekali
dibandingkan dengan jenis pertama. Warna dominan tubuhnya agak
kuning-kecokelatan. Pembeda dengan jenis pertama adalah ukuran tubuhnya
lebih besar serta kaki-kakinya lebih panjang. Selain itu, memiliki
rahang kuat yang berfungsi sebagai tangan dan pemotong mangsa dengan
bentuk mirip sabit bergerigi.
- Jenis 3. Kini-kini jenis ketiga ini tergolong jarang ditemukan.
Merupakan larva dari capung berwarna belang hijau-kehitaman. Larva
capung ini memiliki mata yang relatif kecil. Posisinya di tepi
kiri-kanan kepalanya. Bentuk badannya lebih kecil dan lebih keras
dibanding dengan jenis pertama dan kedua. Selain itu, memiliki warna
badan dominan hitam dan posisi kaki tidak mengangkang, tetapi melipat
seukuran badannya. Bila dibanding dengan jenis pertama dan kedua, jenis
ketiga ini tidak memiliki rahang untuk menangkap dan memotong
mangsanya, sehingga efeknya bagi hasil produksi benih tidak terlalu
merugikan
- Jenis 4. Kini-kini jenis ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan
larva dari capung yang badannya lebih kecil dan ukurannya 0,25 kali
ukuran tubuh capung jenis pertama, kedua dan ketiga. Memiliki mata yang
tergolong besar jika dibandingkan dengan besar kepalanya. Bentuk
badannya kecil memanjang dengan perbandingan panjang total dan lebar
total badannya adalah 13 : 1. Warna badannya cokelat kekuning-kuningan.
Kebiasaan Memangsa
Kini-kini yang berukuran besar dapat memburu dan memangsa berudu dan
anak ikan. Kini-kini memangsa benih ikan dengan jalan mengisap darah
benih ikan.
Sebagai pernangsa, kini-kini dilengkapi alat khusus berupa rahang yang
kuat dan besar serta "tangan" yang digunakan untuk memotong mangsanya.
Mangsa dipotong agar mudah dimakan dengan cepat. Pergerakan kini-kini
sangat cepat karena dilengkapi tangan dan kaki serta alat bantu renang
yang terdapat di bagian ekornya. Selain itu, kini-kini bisa juga
melakukan penyamaran dengan bersembunyi di dasar kolam maupun di
dinding bak atau pematang dengan jalan menempel pada tanaman air atau
benda lain seperti ranting kayu/tanaman air yang ada kolam.
Kini-kini mulai memangsa benih ikan sejak ukuran panjang badannya 5 mm.
Kini-kini menjadi lebih ganas jika ukuran panjang total badannya sudah
mencapai 1,5 - 2,0 cm hingga menjelang masa metamorfosis menjadi anak
capung. Keganasannya ini dipengaruhi oleh daya renangnya, daya
cengkeramannya dan ukuran tubuhnya yang semakin besar sehingga mampu
melumpuhkan benih ikan dalam jumlah lebih banyak.
Benih yang lebih mudah dimangsa adalah larva ikan yang masih berusia
muda di bawah 1 bulan. Dari pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa
benih ikan mas merupakan mangsa favorit kini-kini. Benih ikan nila
jarang dimangsa kini-kini karena memiliki duri dan sisik yang keras
serta pergerakan yang lincah.
Umumnya ikan-ikan yang memiliki pertumbuhan lambat seperti benih qurami
atau benih ikan yang tidak dipelihra dengan baik,tidak dibarengi dengan
pemberian pakan intensif (sehingga pertumbuhannya lambat), menjadi
mangsa empuk kini-kini. Selain itu, besar kecilnya kolam juga memberi
andil. Kolam yang lebih sempit memudahkan kini-kini untuk melakukan
pemangsaan. Kini-kini bahkan masih memangsa benih ikan yang ditampung
di baskom saat panen. Jika saat panen di antara benih terdapat
kini-kini, predator ini harus segera ditangkap dan dimusnahkan.
Indikator Keberadaan Kini-kini
Jika banyak capung beterbangan di sekitar kolam, dipastikan terdapat
kini-kini di kolam itu. Makin banyak capung beterbangan di lokasi,
makin banyak pula populasi kini-kini.
Masa pergantian kulit (molting) kini-kini mirip proses perkembangan
jenis udang-udangan. Pada saat ini kondisinya sangat lemah dan tubuhnya
lunak. Kondisi seperti ini merupakan masa bahaya baginya dari serangan
musuh. Alat pemangsanya pun tidak berfungsi. Saat berganti kulit ini ia
akan mengalami pertambahan besar yang cepat, seakan-akan ia mengembang
dan hari demi hari kulitnya akan mengeras. Begitu selanjutnya hingga ia
mengalami pergantian kulit beberapa kali. Sisa kulit atau karapasnya
itu biasanya terapung di permukaan kolam. Ini bisa menjadi indikator
bahwa di kolam terdapat kini-kini.
Pengendalian
Kehadiran kini-kini di kolam benih ikan dapat dikendalikan sedini
mungkin. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis, biologis maupun
kimiawi. Pengendalian secara mekanis antara lain dengan mengendalikan
perkembangbiakan induk, telur serta larva capung. Pengendalian biologis
menekankan pada upaya pemeliharaan benih yang tahan atau bisa terhindar
dari serangan kini-kini. Sementara pengendalian secara kimiawi umumnya
dilakukan dengan pomberantasan menggunakan insektisida.
1, Pengendalian secara mekanis
Keberadaan capung di sekitar areal perkolaman umumnya disebabkan oleh
dua hal. Pertama, faktor ketersediaan makanan bagi capung dewasa dan
kedua, faktor air sebagai media untuk peletakan telur dan membesarkan
larva. Selain itu, tanaman semak dan perdu memudahkan capung untuk
hinggap.
Untuk mengendalikannya, jagalah kebersihan pematang atau tanggul kolam
baik dari rerumputan/semak maupun perdu. Usahakan rumput/semak di
tanggul tidak terlalu tinggi. Kolam atau bak pemeliharaan benih yang
berukuran kecil (< 50 ml) dapat ditutup dengan kain waring/jaring
sehingga capung tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam bak. Jika di
dalam kolam ditemukan telur capung, langsung ciduk menggunakan seser
atau serokan halus. Telur yang berhasil disero dibuang ke tanah dengan
care mengempas-empaskan seser agar lendir yang menempel terlepas
Jika populasi kini-kini di kolam cukup banyak, lakukan perburuan.
Memburu kini-kini lebih efektif jika dilakukan pada malam hari karena
saat itu kini-kini lebih aktif, dan keberadaan manusia tidak mudah
diketahui. Perburuan dilakukan memakai senter yang terang, baskom
penampung yang diisi sedikit air dan seser halus sebagai penangkap.
Untuk lebih mudahnya, gunakan senter yang ditaruh di kepala. Larva
capung pada malam hari biasanya sering berada di sekitar dasar kolam
atau tebing pematang dan jelas terlihat apabila air kolam tidak keruh,
atau pada kolam beton.
2. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis pada dasarnya memanfaatkan kelemahan kini-kini dan juga kelebihan benih ikan jenis tertentu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa populasi kini-kini hanya
sedikit di kolam pemeliharaan benih ikan yang memiliki pertumbuhan
relatif cepat, gerakan berenang aktif, suka memakan ape saja (omnivore)
seperti ikan mas dan nila atau pe-
makan hewan-hewan renik (karnivora) seperti lele dumbo. Hal ini
kemungkinan karena populasi kini-kini terdesak oleh populasi benih ikan
di mana ukuran benih ikan lebih cepat besar dibanding kini-kini
sehingga sulit untuk dimangsa. Sebaliknya, banyak ditemukan kini-kini
pada kolam pemeliharaan benih gurami yang pertumbuhannya lambat,
pemakan tumbuhan (herbivore), serta gerakan berenangnya kurang aktif.
Ukuran benih gurami rata-rata kalah besar dibanding kini-kini, sehingga
wajar bila benih gurami mudah dimangsa. Apalagi pada malam hari (saat
kini-kini aktif mencari makan), benih gurami sangat jinak berenang di
sekitar permukaan air, sehingga mudah dimangsa. Selain itu, meski perlu
pengamatan lebih jauh, ada kecenderungan bahwa benih yang berwarna
terang lebih disenangi kini-kini dibanding yang berwarna gelap.
Semakin besar ukuran benih ikan, semakin bebas benih itu dari gangguan
kini-kini. Namun terbatasnya tempat dan biaya, membuat larva ikan harus
segera ditebarkan ke kolam. Semakin cepat larva ikan ditebarkan ke
kolam, semakin kecil ukurannya. sehingga menjadi mangsa yang mudah
disantap kini-kini. Untuk itu ada baiknya benih yang ditebar di kolam
adalah benih yang berukuran lebih besar. Benih yang masih kecil
sebaiknya dipelihara lebih lama di dalam wadah tertutup (bak beton
permanen, bak fiberglass atau akuarium) dengan pemberian pakan yang
berkualitas seperti kutu air, cacing sutera dan artemia, sehingga
pertumbuhannya cepat dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat.
Untuk benih gurami yang pertumbuhannya lambat akan lebih aman ditebar
dengan sistem mutasi/pindah dari kolam yang satu ke kolam lainnya
setiap 15 hari. Kelihatannya lebih merepotkan tetapi relatif menjadi
lebih amen.
3. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida (racun se- -
rangga) merupakan cara terakhir untuk memberantas kini kini.
Penyemprotan pertama dilakukan sebelum benih ditebar dan penyemprotan
susulan dilakukan setelah benih ditebar. Penyemprotan susulan ini
sifatnya optional (hanya dilakukan jika populasi kini-kini sangat
banyak) dan dilakukan secara hati-hati. Sebab, pada saat penyemprotan
susulan kolam telah berisi benih ikan. Dilemanya, dosis penyemprotan
terlalu rendah tidak akan mematikan kini-kini. Sebaliknya, jika dosis
dinaikkan, benih ikan ikut mati. Ada yang menyarankan, penyemprotan
susulan tidak dilakukan. Sebagai gantinya, dilakukan pemberantasan
secara mekanis yakni dengan menangkapi kini-kini menggunakan
tangan/serer dan kemudian memusnahkannya. Meski lebih merepot namun
lebih aman bagi kelangsungan hidup benih ikan.
Jenis insektisida yang sering digunakan pembenih adalah Ripcord 50 EC
dengan dosis 4 cc untuk 1 m3 air kolam. Kondisi air kolam dibiarkan
tergenang agar daya racun tidak berkurang. Dosis ini adalah untuk
penyemprotan pertama sebelum larva ikan ditebarkan. Penyemprotan
dilakukan menjelang Siang hari pada saat terik matahari jangan
menyemprot pada saat hujan karena akan sia-sia. Pada saat penyemprotan,
aliran air masuk dan air keluar ditutup. Insektisida yang telah
disiapkan dimasukkan ke dalam tangki handsprayer lalu diencerkan dengan
air. Selanjut nya disemprotkan secara merata ke permukaan kolam. Jika
tidak ada handsprayer, dapat juga menggunakan baskom dan larutan
insektisida dengan cara dipercik-percikkan secara merata ke seluruh
permukaan kolam.
http://hobiikan.blogspot.com/2010/05/kini-kini-larva-capung-predator-benih.html
Belum ada tanggapan untuk "Larva Capung ( Dragonfly Larvae )"
Post a Comment
Saran serta komentar yang baik dan mendidik sangat kami harapkan